Selasa, 08 April 2014

ENTALPI PELARUTAN




 

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
ENTALPI PELARUTAN







Nama Praktikan                : Mindarti Sartikasari
NIM                                    : 121810301015
Kelas                                   : A
Fakultas / Jurusan            : MIPA / KIMIA
Asisten                               : Linda Kartikawati
                                                        

LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014





BAB1. PENDAHULUAN

1.1   Latar  Belakang
Proses pelarutan tidaklah selalu bisa melarutkan suatu zat secara keseluruhan. Terkadang proses pelarutan menyisakan kristal-kristal yang mengendap di bagian bawah wadah. Kristal yang mengendap tersebut merupakan kristal yang belum larut. Ketika zat yang ditambahkan ke dalam pelarut ternyata tidak terlarut seluruhnya dan membentuk dua fasa, maka cara yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara pemanasan. Melalui pemanasan yang dapat diukur temperaturnya, suatu zat yang kurang larut yang terdapat dalam pelarut akan dapat larut dengan bantuan pemanasan. Di sini dapat dinyatakan bahwa energi panas yang diberikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan suatu zat. Besarnya energi panas yang menyertai peristiwa larutnya zat dalam pelarut dengan sejumlah tertentu dalam termokimia disebut dengan entalpi pelarutan. Panas yang diberikan atau panas yang dilepaskan dari suatu pelarutan zat dapat diukur menggunakan perubahan temperatur dan kemudian dapat dihitung perubahan entalpi pelarutan dari zat tersebut.
Dalam percobaan ini akan diberikan beberapa titik temperatur yang nantinya akan dicari tingkat kelarutannya pada setiap temperatur yang ditentukan. Dari hasil percobaan ini maka akan diketahui pada suhu berapakah zat tersebut dapat terlarut dengan baik dalam pelarut. Sehingga di akhir percobaan, akan didapatkan panas pelarutan dan nilai entalpi pelarutan dari percobaan yang telah dilakukan. Selain itu, diharapkan menambah pemahaman tentang pelarutan zat serta meningkatkan keterampilan dalam melakukan percobaan mengenai entalpi pelarutan.

1.2    Tujuan
Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.



1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1  Entalpi Pelarutan
Entalpi pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di dalam pelarut dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah perubahan entalpi standart jika zat melarut dalam pelarut dengan jumlah tak terhingga, sehingga interaksi antara dua ion ( atau molekul terlarut untuk zat bukan elektrolit ) dapat diabaikan ( Atkins, 1999:50).
1.3.2  Perubahan Entalpi
Perubahan entalpi yang terjadi dapat ditentukan jika konsentrasi larutannya telah  ditetapkan terlebih dahulu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada perubahan entalpi :
a.  ∆H, ∆E atau q positif, artinya sistem memperoleh tenaga.
b. W>0     kerja  dilakukan oleh sistem
c. W<0 → kerja dilakukan terhadap sistem.
( Sukardjo, 1997 : 34 )
Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standart. Perubahan entalpi standart yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada dalam keadaan standart. Perubahan entalpi standart, dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.     Entalpi penguapan standart (ΔH ouap), adalah perubahan entalpi per mol jika cairan murni pada tekanan 1 bar menguap menjadi gas pada tekanan 1 bar.
2.     Entalpi peleburan standart (ΔH ofus), dimana es pada tekanan 1 bar meleeh menjadi air cair pada tekanan 1 bar.
3.     Entalpi pembakaran standart (ΔH oc), adalah entalpi reaksi standart untuk oksidasi zat organic menjadi CO2 dan H2O bagi senyawa yang mengandung C, H, dan O dan menjadi N2 bagi senyawa yang juga mengandung N.
4.     Entalpi pengionan (ΔH oi), adalah perubahan entalpi standart untuk penghilangan satu elektron.
(Atkins. 1993: 48-53)
Bila perubahan entalpi reaksi pada satu suhu diketahui, maka perubahan entalpi reaksi pada suhu lain dapat dihitung, bila kapasitas kalor pereaksi dan hasil reaksi diketahui untuk daerah suhu diantaranya. Laju perubahan ∆H dengan suhu didapat dengan mendifiresensiasi persamaan berikut:


Dimana Cp = (dH/dT)p, maka
( Alberty, 1992: 33-34 ).
1.3.3 Panas Pelarutan
Panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperature yang sama adalah panas pelarutan. Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom-atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan ( Alberty, 1992 : 35 ).
Panas pelarutan suatu zat adalah perubahan entalpi yang terjadi bila 1 mol zat itu dilarutkan ke dalam suatu pelarutan untuk mencapai konsentrasi tertentu. Panas pelarutan tersebut dinamakan panas pelarutan integral atau panas pelarutan total. Panas pelarutan bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis pelarut, suhu, dan tekanan, tetapi bergantung pada konsentrasi larutan yang hendak dicapai ( Alberty, 1992 : 32 ).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau dilepaskan, kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat terlarut dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi, kalor pelarutan hampir sama dengan peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2 kemolalan m1 dan m2 adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan konsentrasi M, yang mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk membuat larutan dengan konsentrasi m2 ( Alberty, 1992: 34 ).
1.3.4  Pengaruh temperatur terhadap kelarutan
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (∆H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1997 : 142).
Jika kesetimbangan terganggu dengan adanya perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menutur Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dinyatakan sebagai berikut :
d  ln S/dt  =  (∆H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2 maka akan dihasilkan
ln S2/S1 =  (∆H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(∆H)/RT + konstanta
Dimana :
1.     S1,S2 = kelarutan masing – masing zat pada temperature T1 dan T2 (g/1000gram solven).
2.     ∆H = panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
3.     R = konstanta gas umum.
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endodermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat – zat yang panas pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka akan semakin berkurang zat yang dapat larut (Tim Kimia Fisika I, 2014 : 1).

1.3.6  Materi Safety Data Sheet (MSDS) Bahan
1.3.6.1  Asam Oksalat
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. Asam oksalat berupa kristal putih yang memiliki massa molar 90.03 g/mol (anhidrat),126.07 g/mol (dihidrat), kepadatan dalam fasenya 90.03 g/mol (anhidrat),126.07 g/mol (dihidrat), memiliki kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15°C),14,3g/100mL(25°C),120 g/100 mL (100°C) dan titik didihnya 101-102°C (dihidrat). Asam oksalat mempunyai toksisitas menengah bila terhirup ataupun tertelan. Asam ini juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan luka bakar jika terkena kulit. Jika terkena mata, segeralah dibilas dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit. Ketika terhirup maka diusahakan agar menghirup udara yang segar dan beri bantuan pernafassan jika membutuhkan. Jika terkena kulit maka segera bilas kulit dengan air hingga bersih. Jika tertelan maka diberikan susu atau air putih 1-2 gelas kemudian diberikan obat antacid dan segera hubungi petugas medis. Penyimpanan dari asam oksalat sebaiknya dikumpulkan bersama asam-asam yang lain, di tempatkan di daerah yang sejuk, tertutup, dan kering(Anonim, 2014).
1.3.6.2  Natrium Hidroksida
Natium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan methanol. Senyawa ini dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang memu ngkinkan menimbulkan kebutaan atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan. Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan kering (Anonim, 2014).
 1.3.6.3  Indikator PP
Indikator asam-basa (phenol ptalein) menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa. Indikator PP mempunyai warna tertentu pada trayek pH/rentang pH tertentu yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator PP, merupakan indikator yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH antara 8,3 hingga 10,0 (dari tak berwarna - merah pink). Ketika NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya mungkin sekitar 9-10. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun kulit. Selain itu indikator PP tidak bersifat korsif pada kulit ataupun mata. Senyawa ini dapat menyebabkan mutagenik pada bakteri. Indikator PP akan beracun jika masuk  ke dalam darah, sistem reproduksi, maupun liver. Pertolongan yang seharusnya dilakukan adalah segera membilas mata atau kulit yang terkena larutan ini dengan air bersih kurang lebih 15 menit. Jika terhirup segera bawa ke udara terbuka dan berikan bantuaan oernafasn bila diperlukan, Jika tertelan maka jangan diberikan makanan melalui mulut dan segera hubungi petugas medis unutk tindakan lebih lanjut. Penyimpanan seharusnya dilakukan pada tempat tertutup, sejuk, dan kering (Anonim, 2014).

1.3.6.4  Garam Dapur
Garam dapur merupakan suatu mineral yang sering dikonsumsi manusia. Garam dapur berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa kandungan mineral lain. Garam dapur sangat diperlukan bagi tubuh namun pengonsumsian secara berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Garam dapur juga sering ditambahkan pada makanan sebagai bumbu. Garam yang ditambahkan iodium digunakan sebagai pencegah penyakit gondok. Garam dapur biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida atau NaCl. NaCl mempunyai massa molar 58,44 gram/mol. Kerapatan atau massa jenisnya adalah 2,16 gram/cm3.NaCl memiliki titik leleh 801oC dan titik didih 1465oC. Garam natrium klorida memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Natrium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Garam dapur tidak berbahaya bila tertelan namun jika dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama. Jika terkena kulit yang teriritasi akan menimbulkan rasa perih. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi ringan. Pertolongan yang harus dilakukan membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama kurang lebih 15 menit. Jika terjadi iritasi atau gejala yang lebih parah segera hubungi petugas medis. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang sejuk, kering, dan tertutup (Anonim, 2014).


BAB 2.  METODE PRAKTIKUM

2.1  Alat
-      Termometer 50oC
-      Buret 50 mL
-      Erlenmeyer 50 mL
-      Gelas ukur 250 mL
-      Pipet volume 10 mL
-      Pengaduk gelas
-      Tabung reaksi

2.2  Bahan
-      Asam oksalat
-      Larutan NaOH 0,5 M
-      Indikator PP
-      Akuades
-      Es batu
-      Garam dapur

2.3  Cara Kerja
Asam Oksalat
-  dilarutkan asam oksalat hingga jenuh pada 100 mL akuades.
-  ditimbang masing-masing erlenmeyer kosong menggunakan neraca analitis.
-  diatur temperatur larutan asam oksalat dengan menggunakan es batu yang telah diberikan garam dapur untuk membantu proses penurunan temperatur 20; 15; 10; 5; 0oC.
-  diambil masing-masing 5 mL larutan asam oksalat pada setiap temepratur ke dalam masing-masing erlenmeyer kemudian ditimbang.
-  ditambahkan indikator pp 2-3 tetes kemudian larutan asam oksalat pada erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M yang sudah terstandarisasi.
-  dilakukan duplo dan dicatat volume NaOH yang dibutuhkan.




BAB 3. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini berjudul entalpi pelarutan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu kelarutan zat dan mengetahui panas kelarutanya. Entalpi menyatakan kandungan kalor suatu zat. Entalpi pelarutan adalah entalpi yang diperlukan atau dilepaskan jika 1 mol zat dilarutkan dalam sejumlah pelarut sehingga diperoleh konsentrasi tertentu dari larutan. Entalpi pelarutan menyatakan perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi suatu zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanya perubahannya saja. Perubahan entalpi berguna untuk pengkajian termodinamika kimia karena banyak reaksi kimia yang berlangsung pada tekanan tetap.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat dengan rumus H2C2O4 dalam bentuk kristal. Sejumlah kristal asam oksalat dilarutkan dalam 100 mL air sampai keadaan jenuh (tidak dapat larut lagi/mulai membentuk endapan). selama proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni (kristal asam oksalat) terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut (air) dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut  dan zat terlarut sama-sama polar seperti air dengan asam oksalat, akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Jumlah zat terlarut dalam percobaan ini adalah asam oksalat yang setelah dilarutkan berubah menjadi larutan jenuh. Kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat proses kelarutan. Saat suatu larutan diaduk maka partikel-partikel zat dalam larutan akan bergerak semakin tidak beraturan hal ini agar suhu pada sistem homogen.
Reaksi pelarutan dapat mengalami perubahan entalpi pula. Perubahan entalpi dapat terjadi karena dikarenakan masing-masing zat mengandung jumlah energi yang berbeda (memiliki entalpi yang tidak sama). Pada proses pelarutan asam oksalat terjadi reaksi endoterm karena pada waktu dilakukannya pengadukan, suhu larutan turun dan diluar beaker gelas terasa dingin.
Perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan disebut panas pelarutan Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom- atom. Pada tekanan dan temperatur tetap, panas pelarutan disebabkan karena pembentukan ikatan kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis dengan molekul sejenis. Pada peristiwa pelarutan, kadang-kadang terjadi perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Percobaan kali ini menghasilkan panas pelarutan sebesar 20,62 J/mol.
Selain itu, untuk  memudahkan dalam pelarutan suatu zat dapat juga dilakukan dengan  mengubah temperatur. Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (∆H) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Percobaan pertama yaitu membuat larutan pada suhu 0oC maka diperoleh konsentrasi oksalat yang terdapat pada larutan adalah sebesar 0,38 M dan kelarutannya sebesar 33,75 g/mL, untuk suhu 5oC diperoleh konsentrasi 0,40 M dan kelarutannya sebesar 36,23 g/mL, pada suhu 10oC diperoleh konsentrasi 0,56 M dan kelarutannya sebesar 49,95 g/mL, pada suhu 15oC diperoleh konsentrasi 0,69 M dan kelarutannya sebesar 61,88 g/mL, dan pada suhu 20oC diperoleh konsentrasi 0,92 M dan kelarutannya sebesar 83,03 g/mL. dimana hubungan antara suhu, konsentrasi dan kelarutannya berbanding lurus.
Banyaknya zat yang larut dalam suatu proses pelarutan akan berpengaruh terhadap konsentrasi larutan tersebut. Semakin banyak zat yang larut maka konsentrasi suatu larutan akan lebih tinggi. Sebaliknya, konsentrasi dari suatu larutan akan melemah karena jumlah partikel yang terlarut semakin sedikit. Pada proses pelarutan asam oksalat sampai jenuh akan menghasilkan kristal-kristal asam oksalat saat temperatur larutan diturunkan dari suhu kamar. Semakin rendah temperatur larutan asam oksalat maka jumlah kristal asam oksalat yang mengendap semakin banyak. Hal ini disebabkan karena panas pelarutan asam oksalat bersifat positif yang artinya kelarutan akan meningkat bila temperatur dinaikkan. Fenomena ini dapat diamati pada larutan asam oksalat pada temperatur 0oC hampir endapan cukup banyak. Ketika suhu dinaikkan  menjadi 5oC maka endapan berkurang. Endapan kristal asam oksalat akan semakinberkurang  seiring dengan kenaikan suhu.
Titrasi asam basa dilakukan untuk mengetahui banyaknya kristal asam oksalat yang larut dalam air. Volume basa yang dibutuhkan seharusnya meningkat sebanding dengan banyaknya kristal asam oksalat yang larut. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya partikel yang larut akan berpengaruh pada konsentrasi larutan. Ketika konsentrasi larutan tinggi maka volume basa yang dibutuhkan untuk menetralisasikan asam oksalat juga semakin banyak. Berikut reaksi asam oksalat yang dititrasi dengan larutan natrium hidroksida.
H2C2O4 (aq) + 2NaOH (aq) à Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l)
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator phenolphaelin. Indikator ini trayek kerja antara pH 8-10. Karena asam oksalat dan natrium hidroksida merupakan pasangan asam basa kuat maka titik ekivalen kemungkinan terjadi pada pH 7 ke atas. pH pada titik ekivalen ini menentukan indikator yang digunakan. Pemilihan indikator harus sesuai, jika tidak maka tercapainya titik ekivalen susah teramati. Pengamatan yang kurang ini akan meneyebabkan titik akhir titrasi tidak teramati dengan baik. Hal ini akan berakibat pada keakuratan hasil titrasi.
Titrasi menggunakan indikator pp ini dihentikan saat larutan pada erlenmeyer yang merupakan garam dari asam oksalat dan natrium hidroksida berwarna semburat ungu. Titrasi harus segera dihentikan saat keadaan ini diperoleh. Terlewat satu tetes saja akan mempengaruhi pH atau tercapainya titik ekivalen. Dari titrasi ini diperoleh konsentrasi asam oksalat mula-mula dengan menggunakan perbandingan mol natrium hidroksida dan asam oksalat. Asam oksalat merupakan asam bervalensi dua, sedangkan natrium hidroksida merupan basa bervalensi satu.
  Panas pelarutan dapat ditentukan dengan menggunakan grafik diatas. Rumus yang digunakan adalah ∆H = m x R, dimana nilai m diperoleh dari persamaan y = mx+b maka nilai m adalah 2,484 dan R adalah ketetapan gasideal sebesar8,314 J k-1 mol-1. Sehingga ddari proses perhitungan besar panas pelarutannya adalah 20,62 J/mol.