LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA I
ENTALPI PELARUTAN
Nama Praktikan : Mindarti Sartikasari
NIM : 121810301015
Kelas : A
Fakultas / Jurusan : MIPA / KIMIA
Asisten : Linda
Kartikawati
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses
pelarutan tidaklah selalu bisa melarutkan suatu zat secara keseluruhan.
Terkadang proses pelarutan menyisakan kristal-kristal yang mengendap di bagian
bawah wadah. Kristal yang mengendap tersebut merupakan kristal yang belum
larut. Ketika
zat yang ditambahkan ke dalam pelarut ternyata tidak terlarut seluruhnya dan
membentuk dua fasa, maka cara yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah dengan cara pemanasan. Melalui pemanasan yang dapat diukur
temperaturnya, suatu zat yang kurang larut yang terdapat dalam pelarut akan
dapat larut dengan bantuan pemanasan. Di sini dapat dinyatakan bahwa energi
panas yang diberikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kelarutan suatu zat.
Besarnya energi panas yang menyertai peristiwa larutnya zat dalam pelarut
dengan sejumlah tertentu dalam termokimia disebut dengan entalpi pelarutan. Panas yang diberikan atau panas yang dilepaskan dari suatu
pelarutan zat dapat diukur menggunakan perubahan temperatur dan kemudian dapat
dihitung perubahan entalpi pelarutan dari zat tersebut.
Dalam percobaan ini akan diberikan beberapa titik
temperatur yang nantinya akan dicari tingkat kelarutannya pada setiap
temperatur yang ditentukan. Dari hasil percobaan ini maka akan diketahui pada
suhu berapakah zat tersebut dapat terlarut dengan baik dalam pelarut. Sehingga
di akhir percobaan, akan didapatkan panas pelarutan dan nilai entalpi pelarutan
dari percobaan yang telah dilakukan. Selain itu, diharapkan
menambah pemahaman tentang pelarutan zat serta meningkatkan keterampilan dalam
melakukan percobaan mengenai entalpi pelarutan.
1.2 Tujuan
Menentukan pengaruh temperatur
terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.
1.3
Tinjauan Pustaka
1.3.1 Entalpi Pelarutan
Entalpi
pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di
dalam pelarut dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah
perubahan entalpi standart jika zat melarut dalam pelarut dengan jumlah tak
terhingga, sehingga interaksi antara dua ion ( atau molekul terlarut untuk zat
bukan elektrolit ) dapat diabaikan ( Atkins, 1999:50).
1.3.2 Perubahan Entalpi
Perubahan
entalpi yang terjadi dapat ditentukan jika konsentrasi larutannya telah ditetapkan terlebih dahulu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada
perubahan entalpi :
a. ∆H, ∆E atau q positif, artinya sistem
memperoleh tenaga.
b.
W>0 → kerja
dilakukan oleh sistem
c. W<0
→ kerja dilakukan terhadap sistem.
( Sukardjo, 1997 : 34 )
Perubahan entalpi pada
saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk
proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standart. Perubahan entalpi
standart yaitu perubahan entalpi untuk proses yang zat awal dan akhirnya ada
dalam keadaan standart. Perubahan entalpi standart, dibagi menjadi 4 macam,
yaitu:
1. Entalpi penguapan standart (ΔH ouap),
adalah perubahan entalpi per mol jika cairan murni pada tekanan 1 bar menguap
menjadi gas pada tekanan 1 bar.
2. Entalpi peleburan standart (ΔH ofus),
dimana es pada tekanan 1 bar meleeh menjadi air cair pada tekanan 1 bar.
3. Entalpi pembakaran standart (ΔH oc),
adalah entalpi reaksi standart untuk oksidasi zat organic menjadi CO2
dan H2O bagi senyawa yang mengandung C, H, dan O dan menjadi N2
bagi senyawa yang juga mengandung N.
4. Entalpi pengionan (ΔH oi), adalah
perubahan entalpi standart untuk penghilangan satu elektron.
(Atkins. 1993: 48-53)
Bila
perubahan entalpi reaksi pada satu suhu diketahui, maka perubahan entalpi
reaksi pada suhu lain dapat dihitung, bila kapasitas kalor pereaksi dan hasil
reaksi diketahui untuk daerah suhu diantaranya. Laju perubahan ∆H dengan suhu
didapat dengan mendifiresensiasi persamaan berikut:
Dimana
Cp = (dH/dT)p, maka
( Alberty, 1992: 33-34
).
1.3.3 Panas Pelarutan
Panas yang menyertai
reaksi kimia pada pelarutan mol zat solute dalam n mol solvent pada tekanan dan
temperature yang sama adalah panas pelarutan. Hal ini disebabkan adanya ikatan
kimia dari atom-atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan
integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan
standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan (
Alberty, 1992 : 35 ).
Panas pelarutan suatu
zat adalah perubahan entalpi yang terjadi bila 1 mol zat itu dilarutkan ke
dalam suatu pelarutan untuk mencapai konsentrasi tertentu. Panas pelarutan
tersebut dinamakan panas pelarutan integral atau panas pelarutan total. Panas
pelarutan bukan bergantung pada jenis zat yang dilarutkan, jenis pelarut, suhu,
dan tekanan, tetapi bergantung pada konsentrasi larutan yang hendak dicapai (
Alberty, 1992 : 32 ).
Bila
suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut, kalor dapat diserap atau
dilepaskan, kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Bila zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut yang secara kimia sama dan tidak ada
komplikasi mengenai ionisasi atau solvasi, kalor pelarutan hampir sama dengan
peluluhan. Kalor pelarutan, integral antara 2 kemolalan m1 dan m2
adalah kalor yang menyertai pengenceran tertentu dengan konsentrasi M, yang
mengandung 1 mol zat terlarut dengan pelarut murni untuk membuat larutan dengan
konsentrasi m2 ( Alberty, 1992: 34 ).
1.3.4 Pengaruh temperatur terhadap kelarutan
Pengaruh temperatur
tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H) negatif, daya larut
turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (∆H) positif, daya larut
naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya
larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo,
1997 : 142).
Jika kesetimbangan
terganggu dengan adanya perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan
berubah. Menutur Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dinyatakan
sebagai berikut :
d
ln S/dt = (∆H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1
ke T2 maka akan dihasilkan
ln S2/S1 = (∆H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(∆H)/RT + konstanta
Dimana :
1. S1,S2
= kelarutan masing – masing zat pada temperature T1 dan T2 (g/1000gram
solven).
2. ∆H
= panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
3. R
= konstanta gas umum.
Secara umum panas
pelarutan adalah positif (endodermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi
temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat – zat
yang panas pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka
akan semakin berkurang zat yang dapat larut (Tim Kimia Fisika I, 2014 : 1).
1.3.6
Materi Safety Data Sheet (MSDS) Bahan
1.3.6.1
Asam Oksalat
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4
dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat ini biasa
digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat,
10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai
oksalat, juga agen pereduktor.Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut
dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa),
penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.
Asam oksalat berupa kristal putih yang memiliki massa
molar 90.03 g/mol (anhidrat),126.07 g/mol (dihidrat), kepadatan
dalam fasenya 90.03 g/mol (anhidrat),126.07 g/mol (dihidrat), memiliki
kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15°C),14,3g/100mL(25°C),120 g/100 mL (100°C)
dan titik didihnya 101-102°C (dihidrat). Asam
oksalat mempunyai toksisitas menengah bila terhirup ataupun tertelan. Asam ini
juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan luka bakar jika terkena kulit. Jika
terkena mata, segeralah dibilas dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit.
Ketika terhirup maka diusahakan agar menghirup udara yang segar dan beri
bantuan pernafassan jika membutuhkan. Jika terkena kulit maka segera bilas
kulit dengan air hingga bersih. Jika tertelan maka diberikan susu atau air
putih 1-2 gelas kemudian diberikan obat antacid dan segera hubungi petugas
medis. Penyimpanan dari asam oksalat sebaiknya dikumpulkan bersama asam-asam
yang lain, di tempatkan di daerah yang sejuk, tertutup, dan kering(Anonim,
2014).
1.3.6.2 Natrium Hidroksida
Natium
hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik
merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat
ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan
sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum,
sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud
kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air
dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3
pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida
berturut-turut adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut
dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat
kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida tersedia dalam
bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Senyawa ini
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara
bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan methanol. Senyawa ini
dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang memu ngkinkan menimbulkan kebutaan
atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar pada
kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan.
Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas,
dan memungkinkan terjadinya koma. Jika terkena kulit secara terus menerus dan
jangka waktu lama dapat menyebabkan dermatitis. Pertolongan yang seharusnya
diberikan adalah segera membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang
lebih 15 menit. Jika terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian
yang bersih. Jika tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan
lewat mulut sebelum ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban
dibawa ke udara terbuka dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk
membantunya. Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup
agar tidak terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang
sejuk dan kering (Anonim, 2014).
1.3.6.3 Indikator PP
Indikator
asam-basa (phenol ptalein) menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat asam atau
basa. Indikator PP mempunyai warna tertentu pada trayek pH/rentang pH tertentu
yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator PP,
merupakan indikator yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH
antara 8,3 hingga 10,0 (dari tak berwarna - merah pink). Ketika NaOH diberi
fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya
mungkin sekitar 9-10. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun
kulit. Selain itu indikator PP tidak bersifat korsif pada kulit ataupun mata.
Senyawa ini dapat menyebabkan mutagenik pada bakteri. Indikator PP akan beracun
jika masuk ke dalam darah, sistem
reproduksi, maupun liver. Pertolongan yang seharusnya dilakukan adalah segera
membilas mata atau kulit yang terkena larutan ini dengan air bersih kurang
lebih 15 menit. Jika terhirup segera bawa ke udara terbuka dan berikan bantuaan
oernafasn bila diperlukan, Jika tertelan maka jangan diberikan makanan melalui
mulut dan segera hubungi petugas medis unutk tindakan lebih lanjut. Penyimpanan
seharusnya dilakukan pada tempat tertutup, sejuk, dan kering (Anonim, 2014).
1.3.6.4 Garam Dapur
Garam
dapur merupakan suatu mineral yang sering dikonsumsi manusia. Garam dapur
berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi
beberapa kandungan mineral lain. Garam dapur sangat diperlukan bagi tubuh namun
pengonsumsian secara berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi.
Garam dapur juga sering ditambahkan pada makanan sebagai bumbu. Garam yang
ditambahkan iodium digunakan sebagai pencegah penyakit gondok. Garam dapur
biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida atau NaCl. NaCl
mempunyai massa molar 58,44 gram/mol. Kerapatan atau massa jenisnya adalah 2,16
gram/cm3.NaCl memiliki titik leleh 801oC dan titik didih
1465oC. Garam natrium klorida memiliki kelarutan dalam air sebesar
35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Natrium klorida (NaCl) yang
dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat
ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai
medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga
perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Garam dapur tidak
berbahaya bila tertelan namun jika dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
penyakit tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama. Jika terkena kulit yang
teriritasi akan menimbulkan rasa perih. Jika terkena mata dapat menimbulkan
iritasi ringan. Pertolongan yang harus dilakukan membilas mata dan kulit yang
terkena garam dapur selama kurang lebih 15 menit. Jika terjadi iritasi atau
gejala yang lebih parah segera hubungi petugas medis. Penyimpanan seharusnya
dilakukan di tempat yang sejuk, kering, dan tertutup (Anonim, 2014).
2.1 Alat
-
Termometer 50oC
-
Buret 50 mL
-
Erlenmeyer 50 mL
-
Gelas ukur 250 mL
-
Pipet volume 10 mL
-
Pengaduk gelas
-
Tabung reaksi
2.2 Bahan
-
Asam oksalat
-
Larutan NaOH 0,5 M
-
Indikator PP
-
Akuades
-
Es batu
-
Garam dapur
2.3 Cara Kerja
Asam Oksalat
|
|
- dilarutkan
asam oksalat hingga jenuh pada 100 mL akuades.
- ditimbang
masing-masing erlenmeyer kosong menggunakan neraca analitis.
- diatur
temperatur larutan asam oksalat dengan menggunakan es batu yang telah
diberikan garam dapur untuk membantu proses penurunan temperatur 20; 15;
10; 5; 0oC.
- diambil
masing-masing 5 mL larutan asam oksalat pada setiap temepratur ke dalam
masing-masing erlenmeyer kemudian ditimbang.
- ditambahkan
indikator pp 2-3 tetes kemudian larutan asam oksalat pada erlenmeyer
dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M yang sudah terstandarisasi.
- dilakukan
duplo dan dicatat volume NaOH yang dibutuhkan.
BAB 3. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul entalpi
pelarutan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu
kelarutan zat dan mengetahui panas kelarutanya. Entalpi
menyatakan kandungan kalor suatu zat. Entalpi pelarutan adalah entalpi yang
diperlukan atau dilepaskan jika 1 mol zat dilarutkan dalam sejumlah pelarut
sehingga diperoleh konsentrasi tertentu dari larutan. Entalpi pelarutan
menyatakan perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat untuk melarutkan 1 mol
zat pada keadaan standar (STP). Entalpi suatu zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur hanya perubahannya saja. Perubahan entalpi berguna untuk
pengkajian termodinamika kimia karena banyak reaksi kimia yang berlangsung pada
tekanan tetap.
Sampel yang digunakan dalam
praktikum ini adalah asam oksalat dengan rumus H2C2O4
dalam bentuk kristal. Sejumlah kristal asam oksalat dilarutkan dalam 100
mL air sampai keadaan jenuh (tidak
dapat larut lagi/mulai membentuk endapan). selama proses
pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni
(kristal asam oksalat) terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut
(air) dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan
zat terlarut sama-sama polar seperti air dengan asam oksalat, akan terbentuk
suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan
interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Bila komponen zat
terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen
yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Jumlah zat terlarut dalam
percobaan ini adalah asam oksalat yang setelah dilarutkan berubah menjadi
larutan jenuh. Kemudian dilakukan pengadukan untuk mempercepat proses
kelarutan. Saat suatu larutan diaduk maka
partikel-partikel zat dalam larutan akan bergerak semakin tidak beraturan hal
ini agar suhu pada sistem homogen.
Reaksi
pelarutan dapat
mengalami perubahan entalpi pula.
Perubahan entalpi dapat terjadi karena dikarenakan masing-masing zat mengandung
jumlah energi yang berbeda (memiliki entalpi yang tidak sama). Pada proses
pelarutan asam oksalat terjadi reaksi endoterm karena pada waktu dilakukannya
pengadukan, suhu larutan turun dan diluar beaker gelas terasa dingin.
Perubahan entalpi yang terjadi bila
dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan
temperatur tetap untuk membuat larutan disebut panas
pelarutan Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom- atom. Pada tekanan
dan temperatur tetap, panas pelarutan disebabkan karena pembentukan ikatan
kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis
dengan molekul sejenis. Pada peristiwa pelarutan, kadang-kadang terjadi
perubahan energi, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara
molekul sejenis. Percobaan kali ini menghasilkan panas pelarutan sebesar 20,62 J/mol.
Selain itu,
untuk memudahkan
dalam pelarutan suatu zat dapat juga dilakukan dengan mengubah
temperatur. Pengaruh temperatur tergantung dari
panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H) negatif, daya larut turun dengan
naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (∆H) positif, daya larut naik dengan
naiknya temperatur. Percobaan pertama yaitu membuat larutan pada suhu 0oC maka diperoleh
konsentrasi oksalat yang terdapat pada larutan adalah sebesar 0,38 M dan
kelarutannya sebesar 33,75 g/mL, untuk suhu 5oC diperoleh
konsentrasi 0,40 M dan kelarutannya sebesar 36,23 g/mL, pada suhu 10oC
diperoleh konsentrasi 0,56 M dan kelarutannya sebesar 49,95 g/mL, pada suhu 15oC
diperoleh konsentrasi 0,69 M dan kelarutannya sebesar 61,88 g/mL, dan pada suhu
20oC diperoleh konsentrasi 0,92 M dan kelarutannya sebesar 83,03
g/mL. dimana hubungan antara suhu, konsentrasi dan kelarutannya berbanding
lurus.
Banyaknya zat yang
larut dalam suatu proses pelarutan akan berpengaruh terhadap konsentrasi
larutan tersebut. Semakin banyak zat yang larut maka konsentrasi suatu larutan
akan lebih tinggi. Sebaliknya, konsentrasi dari suatu larutan akan melemah
karena jumlah partikel yang terlarut semakin sedikit. Pada proses pelarutan
asam oksalat sampai jenuh akan menghasilkan kristal-kristal asam oksalat saat temperatur
larutan diturunkan dari suhu kamar. Semakin rendah temperatur larutan asam
oksalat maka jumlah kristal asam oksalat yang mengendap semakin banyak. Hal ini
disebabkan karena panas pelarutan asam oksalat bersifat positif yang artinya
kelarutan akan meningkat bila temperatur dinaikkan. Fenomena ini dapat diamati
pada larutan asam oksalat pada temperatur 0oC hampir endapan cukup banyak. Ketika suhu dinaikkan menjadi 5oC maka endapan berkurang. Endapan kristal asam oksalat akan semakinberkurang seiring dengan kenaikan suhu.
Titrasi asam basa
dilakukan untuk mengetahui banyaknya kristal asam oksalat yang larut dalam air.
Volume basa yang dibutuhkan seharusnya meningkat sebanding dengan banyaknya
kristal asam oksalat yang larut. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya partikel
yang larut akan berpengaruh pada konsentrasi larutan. Ketika konsentrasi
larutan tinggi maka volume basa yang dibutuhkan untuk menetralisasikan asam
oksalat juga semakin banyak. Berikut reaksi asam oksalat yang dititrasi dengan
larutan natrium hidroksida.
H2C2O4
(aq) + 2NaOH (aq) à Na2C2O4 (aq) + 2H2O
(l)
Indikator yang
digunakan dalam titrasi ini adalah indikator phenolphaelin. Indikator ini trayek kerja antara pH 8-10. Karena asam oksalat dan natrium
hidroksida merupakan pasangan asam basa kuat maka titik ekivalen kemungkinan
terjadi pada pH 7 ke atas. pH pada titik ekivalen ini menentukan indikator yang
digunakan. Pemilihan indikator harus sesuai, jika tidak maka tercapainya titik
ekivalen susah teramati. Pengamatan yang kurang ini akan meneyebabkan titik
akhir titrasi tidak teramati dengan baik. Hal ini akan berakibat pada
keakuratan hasil titrasi.
Titrasi menggunakan
indikator pp ini dihentikan saat larutan pada erlenmeyer yang merupakan garam
dari asam oksalat dan natrium hidroksida berwarna semburat ungu. Titrasi harus segera dihentikan saat keadaan ini diperoleh.
Terlewat satu tetes saja akan mempengaruhi pH atau tercapainya titik ekivalen.
Dari titrasi ini diperoleh konsentrasi asam oksalat mula-mula dengan
menggunakan perbandingan mol natrium hidroksida dan asam oksalat. Asam oksalat
merupakan asam bervalensi dua, sedangkan natrium hidroksida merupan basa
bervalensi satu.
Panas pelarutan dapat
ditentukan dengan menggunakan grafik diatas. Rumus yang digunakan adalah ∆H
= m x R, dimana nilai m diperoleh dari persamaan y = mx+b
maka nilai m adalah 2,484 dan R adalah ketetapan gasideal sebesar8,314 J k-1
mol-1. Sehingga ddari proses perhitungan besar panas pelarutannya
adalah 20,62 J/mol.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kelarutan suatu zat dipengaruhi
oleh temperatur dimana saat temperatur naik maka
kelarutan asam oksalat semakin baik.
4.2. Saran
ü Praktikan lebih teliti
saat menentukan titik akhir dari titrasi.
ü Praktikan lebih cekatan
dalam melakukan penimbangan larutan pada suhu di bawah 25oC karena
suhu larutan akan cepat berubah.
DAFTAR
PUSTAKA
Alberty, R.A. 1983. Kimia Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Anonim.
2014. Asam
Oksalat [Serial online]. http://wikipedia.org/asam_oksalat.html. [7 Maret 2014]
Anonim.
2011. Asam Oksalat [ Serial online] http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld= 9924120 [7 Maret 2014]
Anonim. 2011. Sodium Hidroxyde [Serial
online]. http://www.sciencelab.com/msds/
php?msdsld = 9924234. [7 Maret 2014]
Atkins, P.W. 1993. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Jember: FMIPA
Universitas Jember.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar